Zonadunia.com – Bunga Edelweis merupakan sesuatu yang lazim ditemukan di beberapa gunung di Indonesia. Bunga dengan nama latin Anaphalis javanica ini banyak ditemukan tumbuh di gunung-gunung Indonesia.
Bunga yang cantik ini kerap mengundang keinginan pendaki gunung untuk memetiknya dan dibawa pulang. Namum hal tersebut merupakan tindakan yang dilarang.
Pasalnya pengelola pendakian gunung menerapkan sanksi tegas bagi yang melakukan tindakan itu. Salah satu contohnya adalah pihak Basecamp Gunung Prau via lgirmranak yang menerapkan sanksi berupa penggantian 100 kali lipat jika kedapatan merusak tanaman Edelweis selama pendakian.
Selain itu, di Gunung Gede Pangrango yang merupakan kawasan konservasi jika kedapatan memetik bunga Edelweis bisa dipenjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp. 100 Juta.
Taman Nasional Gunung Gede sendiri berhasil menduduki peringkat pertama dalam daftar 10 taman nasional yang paling banyak dikunjungi sepanjang 2020.
Mengapa Edelweis tidak boleh dipetik?
Selain karena berada di kawasan konservasi, ada beberapa alasan mengapa bunga Edelweis dilarang untuk dipetik.
“Secara perundang-undangan, segala sesuatu, baik hewan maupun tumbuhan yang ada di kawasan konservasi itu kan dilindungi undang-undang,” kata Ketua Kelompok Tani Edelweiss Hulun Hyang Teguh Wibowo dikutip dari Kompas.com, Rabu (2/9/2021).
Larangan memetik bunga Edelweiss itu juga tercantum dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 pasal 33 ayat 1 dan 2 tentang Konservasi Sumber daya Hayati Ekosistem.
Selain itu ada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Dalam peraturan menteri tersebut, disebutkan bahwa bunga Edelweis adalah bunga yang dilindungi.
Orang yang memetik bunga Edelweis juga melanggar UU Nomor 41 Tahun 1999 dengan ancaman penjara paling lama satu tahun dan denda maksimal Rp. 50 Juta.
Fakta bunga Edelweis
Berikut ini adalah fakta seputar bunga Edelweis:
1. Ketinggian, lebar dan usia yang pernah tercatat
Di Gunung Sumbing, Jawa Tengah pernah ditemukan tanaman Edelweis dengan tinggi mencapai 8 meter dan diameter lubang lebih dari 15 centimeter (cm).
Temuan itu didapat dari catatan Amir Hamzah dan M. Toha (The Muntain Flora of Java). Menurut catatan ini, tanaman Edelweis itu diperkirakan berusia lebih dari 100 tahun.
2. Akarnya berkembang secara horizontal
Menurut ahli botani berkebangsaan Jerman bernama Von Faber, sistem perakaran Edelweis berkembang secara horizontal.
Akar Edelweis mengandung mikoriza yang menyukai lapisan tanah dekat permukaan karena cendawan sangat membutuhkan oksigen.
3. Tanaman yang familiar di kalangan pendaki
Edelweis banyak tumbuh di gunung-gunung Indonesia. Maka dari itu, tanaman ini sudah familiar di kalangan pendaki.
Beberapa gunung yang menyajikan hamparan padang Edelweis antara lain Gede Pangrango di Alun-alun Suryakencana, Gunung Sumbing menjelang puncak, Gunung Lawu via Candi Cetho di Pasar Dieng, dan Gunung Merbabu di Sabana 2.
4. Dijuluki bunga abadi
Bunga Edelweis dijuluki sebagai bunga abadi lantaran tumbuhan ini memilki waktu mekar yang lama hingga 10 tahun lamanya.
Hormon etilen yang ada pada bunga Edelweis bisa mencegah kerontokan kelopak bunga dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, pesona bunganya dapat terjaga lebih lama.
5. Waktu mekar Edelweis
Bunga Edelweis umumnya memiliki waktu mekar April-Agustus. Bunga Edelweis mekar saat musim hujan telah berakhir.
Mekarnya bunga Edelweis pada bulan-bulan tersebut karena pancaran matahari yang masih intensif untuk proses pengembangan Edelweis.
6. Ditemukan di Indonesia lebih dari 200 tahun yang lalu
Bunga Edelweis di Indonesia ditemukan pertama kali oleh naturalis berkebangsaan Jerman bernama Georg Carl Reindwardt ketika berada di lereng Gunung Gede, Jawa Barat.
Ia menemukan bunga ini pertama kali pada 1819 yang berarti Edelweis sudah ada di Indonesia lebih dari 200 tahun.
7. Dapat bertahan di tanah tandus
Dikenal sebagai bunga yang tumbuh di pegunungan, Edelweis juga memiliki cara bertahan hidup yang kuat, bahkan di tanah tandus sekalipun.
Edelweis mampu membentuk mikoriza yang dapat memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara.
8. Edelweis di Dieng sempat dijarah habis-habisan dan nyaris punah
Pada September 2004, penduduk kawasan Dieng, Wonosobo meyakini bunga Edelweis sudah hancur akibat dijarah habis-habisan, sehingga nyaris punah.
Bahkan, seperti dilansir dari Harian Kompas terbit 18 September 2004, bunga Edelweis dijual di kawasan wisata Kawah Sikidang sebagai suvenir.
Menurut masyarakat setempat, penjarah mengambil bunga Edelweis saat mencari kayu di gunung atau ketika menanam pohon cemara di Gunung Prau.
9. Terancam oleh pendaki nakal
Meski sudah ada ancaman tegas terhadap mereka yang memetik bunga Edelweis di alam, tetap saja ada pendaki nekat. Keberadaan mereka tentu saja mengancam bunga Edelweis.
Tercatat beberapa kasus pemetikan bunga Edelweis di gunung dalam periode waktu 2017-2020.
Misalnya pada 2017, ada lima pendaki mencabut bunga Edelweis di Gunung Rinjani.
Kemudian pada Juni 2018 terjadi pula peristiwa serupa di Gunung Ciremai, Jawa Barat. Ada sekelompok pendaki membawa turun bunga Edelweis.
10. Ada tempat budi daya Edelweis
Wisatawan yang ingin membawa pulang bunga Edelweis sebagai suvenir, hal ini ternyata bisa dilakukan.
Bukan di alam liar tentunya, melainkan di Desa Wisata Edelweis, Desa Wonokitri, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Edelweis di desa ini sengaja dibudidayakan sekelompok petani dan dijual kepada wisatawan sebagai oleh-oleh.