Zonadunia.com – Para ahli kembali menemukan virus Corona varian baru, yakni varian Lambda yang disebut-sebut lebih mematikan dibandingkan COVID-19 varian Delta. Saat ini, varian tersebut sudah menyebar di Amerika Serikat dan Amerika Selatan.
Dikenal juga dengan nama C.37, para ahli memperingati bahwa varian Lambda bisa jadi lebih menular daripada varian Delta yang saat ini mendominasi Inggris dan Amerika. Sementara itu, per pertengahan Agustus lalu, Chili sudah mencatat lebih dari 50 kasus baru virus Corona varian Lambda, dilansir dari Viva.co.id.
Dirangkum dari laman Science Focus, berikut ini fakta-fakta virus Corona varian Lambda yang disebut lebih menular dan kebal vaksin.

1. Varian Lambda berasal dari mana?
Pertama kali terdeteksi di Peru pada Agustus 2020, varian Lambda adalah varian Corona yang sudah mendominasi strain virus Corona di negara tersebut. Namun, empat minggu belakangan, Peru belum mendeteksi kasus baru COVID-19 varian ini hingga 17 Agustus 2021 lalu.
Di Amerika, berdasarkan data GISAID, telah tercatat sebanyak 843 kasus positif COVID-19 varian Lambda. Adapun Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menyebutkan bahwa varian ini telah teridentifikasi di 44 negara bagian di seluruh Amerika.
2. Termasuk Variant of Interest (VoI)
Pada 15 Juni 2021 lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan bahwa varian Corona ini sudah masuk ke dalam kategori Variant of Interest (VoI). Artinya, WHO menganggap bahwa varian Lambda memiliki mutasi dengan implikasi mapan hingga prediksi peningkatan penularan atau keparahan penyakit.
Dr Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk COVID-19, mengatakan bahwa mereka akan melacak apakah strain baru ini akan diklasifikasikan sebagian Variant of Concern (VoC).
Akan tetapi, varian Lambda hanya akan ditetapkan sebagai Variant of Concern (VoC) jika tercatat peningkatan penularan virus, menunjukkan perubahan dalam epidemiologinya, terjadi perubahan gejala, dan menunjukkan penurunan efektivitas pengobatan.
3. Apakah varian Lambda kebal vaksin?
Dalam sebuah studi pracetak yang belum ditinjau rekan sejawat, peneliti menemukan bahwa vaksin mRNA efektif melawan varian Lambda. Saat ini, vaksin mRNA yang digunakan di Indonesia adalah vaksin Pfizer dan Moderna.
Artinya, vaksin tersebut mengandung materi genetik yang memerintahkan sel tubuh untuk memproduksi lonjakan virus Corona yang dapat memicu respons imun. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa vaksin yang ada saat ini akan tetap melindungi tubuh dari varian Lambda.
Akan tetapi, dalam studi pracetak lainnya, varian Lambda ditemukan memiliki mutasi yang mampu melarikan diri dari antibodi penetral yang ditimbulkan oleh CoronaVac, yakni vaksin yang digunakan di sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia.
Terkait hal itu, para peneliti menekankan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasi efektivitas vaksin.
4. Benarkah varian lambda lebih menular?
Meskipun belum diketahui apakah varian baru ini lebih mudah menular, para ilmuwan mengatakan COVID varian baru Lambda ini memang membawa sejumlah mutasi yang berpotensi menyebabkan peningkatan penularan atau peningkatan resistensi terhadap antibodi yang diberikan oleh vaksinasi COVID-19.
Salah satu mutasi yang diidentifikasi dalam strain Lambda disebut sebagai T859N. Adapun mutasi lainnya, L452Q yang dilaporkan mirip dengan mutasi dalam varian Delta dan Epsilon yang diyakini memengaruhi kerentanannya terhadap antibodi.
5. Apa saja gejalanya?
Hingga saat ini, belum ada laporan lebih lanjut terkait perbedaan gejala dari varian baru COVID-19 C.37 atau varian Lambda ini dengan varian lainnya. Namun, menurut NHS, gejala utamanya meliputi berikut ini.
- Peningkatan suhu tubuh
- Batuk berkepanjangan
- Kehilangan indera penciuman atau pengecapan.